Jember sebagai kota pendidikan ketiga setelah Jogja dan malang ternya menjadi kota dengan angka buta aksara tertinggi di Jawa Timur. Tingginya angka buta aksara di Jawa Timur utamanya di Jember ternyata tidak terlepas dari kesulitannya Balai Pengembangan Pendidikan Usia Dini Nonformal dan Informal BPPAUDNI regional 2 Jawa Timur Bali dan Nusa Tenggara.
Dalam rilis yang disampaikan oleh ketua BPPAUDNI Regional 2 Pria Gunaawan dalam acara yang di gagas Pendidikan Luar Sekolah FKIP Universitas Jember siang tadi, faktor Budaya menjadi faktor utamanya.
Kepada sejumlah media Pria Gunawan menjelaskan, secara nasional untuk program MDGs 2015, sebenarnya Indonesia sudah tergolong tuntas dalam memberantas buta aksara. Dari tahun 2010 sebesar 7 juta lebih, sekarang tinggal 3,6 juta masyarakat Indonesia yang masih buta aksara atau 4 persen dari jumlah penduduk indonesia.
Sedangkan untuk Jawa Timur secara keseluruhan menjadi peringkat pertama tertinggi angka buta aksaranya yaitu 800 ribu penduduk. Dari angka sejumlah itu Jember menjadi yang tertinggi dengan 200 ribu lebih. Namun untuk di usia produktif jember 109 ribu. tingginya angka buta aksara di Jawa Timur termasuk jember itu menurut Pria karena faktor Budaya dan demografi wilayah. Dari penuntasan yang selama ini di programakan BPPAUDNI Regional 2, wilayah Madura dan Jawa Pandalungan yang tertinggi. Disinyalir hal itu terjadi karena budaya masyarakat yang tidak mau tahu terhadap aksara, karena dianggap tidak penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar