Assalammualaikum... ^_^

Kamis, 09 Januari 2014

Faktor Penyebab Keterpurukan Daerah Perbatasan

Faktor-faktor Penyebab Keterpurukan Daerah Perbatasan
Hingga hari ini provinsi Kalimantan Barat masih mengalami permasalahan yang akut dalam hal kesejahteraan masyarakat hingga infrastruktur. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalimantan Barat berada pada peringkat 28 dari 33 Provinsi di Indonesia. Kondisi pendidikan, kemiskinan dan infrastruktur yang buruk menjadi penyebab rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM)  Kalbar. Komponen pembentuk IPM, seperti kekuatan daya beli, angka melek huruf, rata-rata lama pendidikan masyarakat, dan angka harapan hidup penduduk Kalbar, masih di bawah rata-rata angka nasional. Bahkan, jika dibandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan, Kalbar berada dalam posisi terbawah.
Melihat tingkat kesejahteraan, yang sejatinya juga dapat diukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi Kalbar yang masih berada dibawah rata-rata pertumbuhan nasional. Sebagai contoh, pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kalbar mencapai 5,42 persen. Lalu pada 2009 turun menjadi 4,76 persen. Pada 2010 berada dititik 5,35 persen. Sementara pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kalbar 5,87 persen, jauh dibawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,5 persen.
 kemiskinan di Kalbar juga masih parah, selalu berada di posisi paling belakang di seluruh bumi Kalimantan. Meskipun begitu, kita akui bahwa pada tahun 2010 angka kemiskinan Kalbar sudah menunjukkan angka yang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Diketahui pada 2010 tingkat kemiskinan di Kalbar mencapai 9,02 persen. Pada tahun sebelumnya: 2009 sebesar 9,30 persen, 2008 sebesar 11,07 persen dan pada 2007 sebesar 12,91 persen.
Jika kita melihat data kondisi kualitas pendidikan di Kalimantan Barat, dapat kita temukan bahwa rata-rata lama sekolah, Kalbar yang masih berada di angka 6,8 tahun, jauh dibawah rata-rata nasional yaitu 7,9 tahun. Artinya, mayoritas masyarakat Kalbar masih berpendidikan Sekolah Dasar atau tidak tamat Sekolah Dasar. Belum lagi angka melek huruf masyarakat Kalbar yaitu 89,7% dibawah rata-rata nasional yaitu sebesar 93,2%. Artinya, lebih dari 450.000 penduduk Kalbar masih buta huruf latin dan bahasa Indonesia. Hal ini menjadikan kualitas sumberdaya manusia di Kalbar juga rendah, sehingga mudah dipengaruhi, dibodohi dan diselewengkan hak-haknya.
Kemudian juga, kita menduga bahwa beberapa faktor pengganjal perkembangan ekonomi Kalbar terkendala sebagian besar disebabkan oleh beberapa hal, sebut saja fasilitas infrastruktur jalan, pelabuhan, bandara maupun listrik yang masih minim. Kendala infrastruktur itu ditambah dengan inefisiensi birokrasi. APBD Kalbar masih sangat tergantung kepada dana yang datang dari Pemerintah Pusat. Tanpa ada kedekatan secara politik dengan pemerintah pusat, mustahil Kalbar bisa mendapatkan perhatian guna memicu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur.
Di samping itu, infrastruktur jalan di Kalbar banyak yang rusak parah, baik jalan nasional sepanjang 1.600 km dan jalan provinsi yang sudah mencapai 1.575 km. Luas Kalbar yang setara dengan satu seperempat kali Pulau Jawa, menyebabkan satu kecamatan bisa didatangi berhari-hari. Masalah infrastruktur ini sangat mendesak untuk segera dibenahi, sekalipun penduduk Kalbar sangat jarang. Kalau tidak dipercepat prosesnya, tidak ada lagi yang bisa diambil manfaat oleh penduduk, ketika sumber daya alam di Kalbar habis, sementara infrastruktur juga binasa.
Kendala infrastruktur di perbatasan, menimbulkan instabilitas. Hal itu berdampak pada sektor pertahanan dan keamanan negara yang merupakan kewenangan pemerintah pusat. Namun yang paling terkena dampak adalah tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah perbatasan. Wilayah Negara Malaysia jauh lebih makmur, dibandingkan Republik Indonesia, sehingga memicu kepada perpindahan penduduk, penyeludupan, perdagangan manusia, sampai penebangan hutan di sepanjang perbatasan.
Kondisi inilah yang memang perlu menjadi perhatian, mulai dari Pemerintah, tokoh masyarakat, agama, adat, perguruan tinggi, pemuda dan seluruh unsur masyarakat Kalbar. Bahwa sudah saatnya bagi mereka untuk segera bangkit dan melawan kondisi yang sedang dialami oleh Kalimantan Barat.
Kondisi seperti itu membuat mereka membutuhkan kepemimpinan yang kuat, tegas dan memang berpihak pada semua unsur masyarakat. Tidak diskriminatif dalam membuat kebijakan-kebijakan pembangunan, berdiri di atas kepentingan semua golongan masyarakat, agama dan adat, serta memiliki jaringan politik yang kuat di tingkat pusat dan kalangan dunia industri swasta yang sejatinya adalah mitra yang dalam pembangunan.
Dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur di Kalbar, sampai saat ini masih terkendala dengan anggaran. Dimana anggaran yang tersedia sangatlah tidak mencukupi untuk melakukan pembangunan infrastruktur yang masih dalam waktu cepat. Hal ini diperparah dengan kurangnya inisiatif dari birokrasi dan kepeimpinan Provinsi Kalbar dalam melakukan kerjasama, baik dengan Pemerintah Pusat, luar negeri dan dunia swasta yang sejatinya bisa membantu secara lebih efektif dalam hal penguatan anggaran dan penyediaan fasilitas pendanaan bagi proses pembangunan infrastruktur tersebut. Bahwa selama ini pemerintah Provinsi hanya menggantungkan kekuatan pendanaan kepada anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang sangat kurang dan tidak mencukupi jika harus melakukan pembangunan infrastruktur di Kalbar dalam waktu yang relatif cepat.
Masyarakat Kalbar memang membutuhkan kepemimpinan yang mampu menjawab tantangan besar yang dihadapi oleh Provinsi ini, mulai dari penyediaan anggaran pembangunan, efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran serta birokrasi sebagai pelaksana pembangunan dan penyediaan kebutuhan-kebutuhan mendasar bagi rakyat di Kalimantan Barat sembari memastikan bahwa seluruh kegiatan ekonomi, sosial politik memang memberikan kontribusi positif bagi proses pembangunan di Kalimantan Barat.


Rabu, 08 Januari 2014

Sikap terhadap Globalisasi

Teruntuk Merry Yustika Sari

Globalisasi adalah suatu proses yang terjadi antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Akibat-akibat Globalisasi harus kita sikapi secara bijaksana. Kita harus waspada agar tidak terjerumus ke dalam dampak negatif globalisasi. Globalisasi yang kita terima harus kita seleksi secara cermat dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya, yang kemudian kita sesuaikan dengan budaya dan kepribadian bangsa Indonesia.

Ada beberapa sikap yang harus dimiliki oleh kita sebagai bangsa yang bermartabat dan memiliki jati diri yang luhur, di antaranya sebagai berikut:

1. Bersikap Moderat

Masyarakat yang bersikap moderat adalah mereka yang tidak menolak dan tidak mendukung globalisasi sepenuhnya. Masyarakat moderat berusaha mengambil sisi positif globalisasi dan mencegah sisi negatif globalisasi. Orang yang moderat bersikap kuat dan terbuka, serta bangga dengan identitas dirinya. la sadar akan dampak globalisasi tetapi tetap berpegang teguh dengan identitas budayanya. Bahkan, ia bisa memanfaatkan era globalisasi untuk memperkenalkan budayanya kepada dunia.


2. Mempersiapkan Diri Sebaik Mungkin

Era globalisasi adalah era yang penuh tantangan. Tantangannya berupa kuatnya pengaruh budaya Barat dan persaingan yang tinggi. Jika kita mampu menghadapi tantangan itu, kita akan berhasil melalui era globalisasi.
Pengaruh budaya barat yang buruk misalnya sikap meterialistis, pergaulan bebas, individualisme, dan konsumtif. Budaya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan kepribadian bangsa. Kita harus membentengi diri dengan baik sehingga bisa membedakan pengaruh baik dan buruk. Berikut ini langkah-langkahnya:
a. Mempertebal keimanan dan meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan agama, kita dapat mengontrol dan mengendalikan dampak negatif yang ditimbulkan globalisasi. Sejelek apa pun pengaruh yang datang pada diri kita, apabila pertahanan kita kuat, kita tidak akan terpengaruh.
b. Belajar dengan giat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat berperan maksimal dalam menjalani era globalisasi. Selain itu, perlu mempelajari berbagai bahasa asing selain bahasa daerah dan bahasa nasional.
c. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dengan sebaik mungkin. Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia mutlak harus dipertahankan dan diwujudkan secara benar. Nilai-nilai Pancasila harus mewarnai semua aspek kehidupan bangsa.
d. Memperluas wawasan tentang globalisasi. Misalnya dengan rajin membaca koran dan menyimak berita di televisi atau internet. Banyak berita atau tulisan yang membahas globalisasi yang bisa menjadi masukan wawasan kita.

3. Bersikap Selektif
Sikap yang paling penting pada era globalisasi adalah selektif. Kita tidak menerima semua pengaruh dari luar negeri secara apa adanya.Apa yang ada di luar negeri dianggap baik memberi inspirasi untuk diterapkan di negara kita. Hal-hal yang diterapkan memang harus sesuai dengan keadaan di Indonesia.
Sebagai bangsa Indonesia yang berkepribadian Pancasila, kita harus mampu menyeleksi dampak-dampak negatif dari globalisasi. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatif globalisasi antara lain:
1. tidak meninggalkan nilai-nilai luhur budaya bangsa,
2. menyeleksi budaya asing yang masuk ke negara kita disesuaikan dengan budaya ketimuran,
3. tidak asal memakai produk luar negeri apalagi jika produk-produk tersebut dapat dihasilkan di dalam negeri.
4. tetap mengikuti perkembangan informasi dan teknologi agar kita bisa terus maju dan tidak tertinggal.

          



         


4. Menjaga Rasa Nasionalisme

Era globalisasi yang penuh kebebasan bisa menggeser rasa nasionalisme bangsa. Rasa cinta kepada negara, budaya bangsa, dan produk-produk dalam negeri bisa berkurang. Jika ini terjadi, kita sendiri yang mengalami kerugian. Oleh karena itu, kita harus memupuk semangat cinta tanah air atau nasionalisme. Dalam menyikapi globalisasi, harus dilandasi dengan nilai-nilai sebagai berikut :

a. perjuangan bangsa Indonesia,
b. sikap dan perilaku cinta tanah air,
c. wawasan dan kesadaran bernegara,
d. mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa.



Berikut adalah beberapa contoh wujud dari sikap selektif terhadap pengaruh globalisasi:
a. Melaksanakan nilai UUD 1945 dan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk memecah pengaruh globalisasi.
b. Untuk menghadapi kehidupan global yang nyata/semu, pendidikan diperlukan sebagai benteng dari pengaruh negatif globalisasi.
c. Kesadaran warga negara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, sikap, serta perilaku cinta tanah air berdasarkan Pancasila.
d. Menggunakan produk-produk dalam negeri tidak bersifat konsumerisme, dan tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang tidak bertanggung jawab.
e. Pola pikir yang cerdas, logis dan kritis dalam menyeleksi globalisasi.
 f. Peningkatan kualitas manusia, yaitu:
1). manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
2). manusia yang berbudi luhur,
3). manusia yang berkepribadian,
4). manusia yang mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, dan terampil