Minggu, 27 Oktober 2013

Keunikan Islam

assalammualaikum...

Sebagian orang masih banyak yang meragukan tentang kebenaran agama islam ini, tak kecuali adalah mereka yang telah mengaku sebagai muslim. Makanya perlu kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang hak dengan beberapa fakta dibawah ini :

 1. Nama “Muhammad” adalah nama yang paling populer di seluruh dunia (walaupun salah  mahomed..mohammed..dll) dan menempati urutan nomor dua di negara Inggris untuk nama bayi laki-laki ( urutan pertama ditempati oleh nama ‘Jack’ )

2. Albania merupakan negara satu-satunya di benua Eropa yang 90% penduduknya beragama Islam

3. Kata-kata berikut ini diserap dari bahasa Arab : Algebra, Zero, Cotton, Sofa, Rice, Candy, Safron, Balcony, bahkan ‘Alcohol’ juga berasal dari bahasa Arab, Al-Kuhl, yang mempunyai arti bubuk

4. Beberapa ayat di dalam Al-Qur’an menggambarkan pentingnya persamaan hak antara pria dan wanita ( secara perhitungan matematik ). Kata “Pria” dan “Wanita” di dalam Al-Qur’an sama-sama berjumlah 24

 5. Islam merupakan agama yang pertumbuhannya paling cepat di dunia menurut banyak sumber, diperkirakan akan menjadi agama nomor 1 pada tahun 2030

 6. Umat Hindu percaya bahwa di dalam Ka’Bah ada salah satu dari Tuhan mereka yang bernama ‘Shiva Lingam‘

 7. Nabi Muhammad SAW melaksanakan ibadah haji hanya 2 kali dalam hidupnya

 8. Jikalau sekarang Al-Qur’an dihancurkan, maka versi arab dari Al-Qur’an akan segera di-recover oleh jutaan muslim, yang disebut Huffaz yang telah menghafalkan kata-kata di dalam Al-Qur’an dari mulai awal sampai dengan akhir ayat.

 9. Nama original dari kota suci Madinah adalah “Yasthrib" 

10. pemeluk Islam bertambah 2,9% per tahun. Pertumbuhan ini lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk bumi sendiri yang hanya 2,3% per tahun.

 11. Berdasarkan data dari Departmen Pertahanan Amerika Serikat. Dari 1,4 juta prajurit di militer Amerika, diperkirakan ada sekitar 3.700 yang beragama Islam ( Muslim ).

 12.Islam menyebar ke bumi nusantara ketika Nabi Muhammad masih hidup

 13. Sebanyak 8 juta orang Muslim yang kini ada di AS dan 20.000 orang AS masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa 9/11

 14. Jasad Nabi Muhammad pernah ingin dicuri 2 kali, namun kedua - duanya gagal dan salah satu yang mencuri dihilangkan oleh Allah dari bumi

 15. Jasad Firaun (Ramses II) yang tenggelam di laut merah, baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817, setelah 3000 tahun berada di bawah tanah dan pasir

 16. Al Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang bisa dihafal jutaan manusia (Hafidz/penghafal Al Qur’an) sehingga keaslian/kesuciannya selalu terjaga.

 17. Jika agama lain bisa punya lebih dari 4 versi kitab suci yang berbeda satu dengan lainnya, maka Al Qur’an hanya ada satu dan tak ada pertentangan di dalamnya:

 18. Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi yang berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), radiasi tersebut menembus planet mars dan masih berlanjut. peneliti mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.

 19. Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air.

 20. Shalat yang pertama dilakukan oleh Rasulullah SAW. menghadap Masjidil Haram adalah shalat Ashar bersama para sahabat, setelah sebelumnya berkiblat ke Masjidil Baitul Maqdis selama enam belas bulan.

 21. IBRAHIM adalah "Bapak" dari tiga agama besar, yakni "Judaisme", "Nasrani", dan "Islam".

 22. Malaikat tidak terhitung jumlahnya dan hanya Allah yang mengetahuinya.

 23. Islam, berarti "submisi" atau "menyerah" kepada satu Tuhan, Allah. "Islam" juga berasal dari kata "salam", "perdamaian" dan yang kedua dalam arti "berserah diri". demikian, arti dari "Islam" adalah "kedamaian yang sempurna yang datang bila kita hidup berserah diri kepada Allah".

 24. Rasulullah pernah membelah bulan menjadi 2 bagian, dengan hanya menunjuk bulan dengan jarinya. diabadikan Allah dalam al-Qur'an surah Al-Qamar ayat 1: "Sungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan pun telah terbelah." 

 25. Sebelum Nabi Ibrahim menginjakkan kakinya ke tanah Makkah sudah ada bangunan Ka'bah yang telah dibangun oleh malaikat dan generasi sebelum Nabi Ibrahim as. Hal itu dapat dipahami dari kata "Yarfa'u" meninggikan berarti meninggikan bangunan yang sudah ada.

 26. Rasulullah menyebutkan ada 73 golongan dalam islam, dan hanya 1 yang akan masuk jannah yaitu "Al Jama’ah".

 27. Nabi Muhammad tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis, namun ingatannya sangat kuat dan sangat cerdas.

28. Kata-kata terakhir Nabi Muhammad sebelum wafat adalah "Ummatii … ummatii … ummatii" yang mengungkapkan betapa besar cintanya kepada umatnya.

 29. Selama 23 kali perang semasa Rasulullah memimpin, hanya sekali kekalahan yang di derita kaum muslimin, yakni, perang uhud

 30. Musa A.S adalah nama yang paling sering disebut dalam Al-Qur'an, sedangkan maryam adalah satu - satunya nama perempuan yang disebut dalam Al-Qur'an.

 31. Al-Qur'an adalah buku terlaris di benua eropa.

 32. Semua anak Nabi Muhammad, yakni, Al-Qasim,Abdullah dan Ibrahim, meninggal kurang lebih pada usia 2 tahun. Allah sengaja memanggil mereka lebih awal agar kaum muslimin tidak mengangkat mereka menjadi rasul yang baru.

 33. Imam Ali bin Abi Thalib adalah satu-satunya orang yang pernah lahir di dalam Ka’bah.

 34. Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.

 35. Al Khowarizmi (matematika), Jabir Ibn Hayyan (kimia), Ibnu Khaldun (sosiologi dan sejarah), Ibnu Sina (kedokteran), Ar Razi (kedokteran), Al Biruni (fisika), Ibnu Batutah (antropologi) adalah contoh dari ratusan cendikiawan muslim yang menjadi rujukan dalam ilmu pengetahuan modern.

 36. Hijir Ismail ini dahulu merupakan tempat tinggal Nabi Ismail, di situlah Nabi Ismail tinggal semasa hidupnya dan kemudian menjadi kuburan beliau dan juga ibunya.

 37. Maqom Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dugaan atau pendapat sebagian orang. Maqom Ibrahim adalah batu pijakan pada saat Nabi Ibrahim membangun Ka'bah.

38. Pasukan Salib datang ke Timur ketika Khalifah Bani Abbas berada dalam masa kemunduran. Tak diduga, banyak anggota pasukan Salib tertarik kepada Islam dan kemudian menggabungkan diri dengan pasukan Salib lainnya. Thomas Arnold, dalam Al Da'wah ila Al Islam, menyebutkan bahwa mereka masuk Islam setelah melihat kepahlawanan Salahuddin sebagai cerminan ajaran Islam.

sumber : http://www.facebook.com/pages/Berbagi-cerita-aneh/142640052508134

Wassalammualaikum... ^_^


Selasa, 22 Oktober 2013

10 Tips Belajar yang Efektif

10 Tips Belajar Pintar




1. Belajar itu memahami bukan sekedar menghapal

Ya, fungsi utama kenapa kita harus belajar adalah memahami hal-hal baru. Kita boleh hapal 100% semua detail pelajaran, tapi yang lebih penting adalah apakah kita sudah mengerti betul dengan semua materi yang dihapal itu. Jadi sebelum menghapal, selalu usahakan untuk memahami dulu garis besar materi pelajaran.

2. Membaca adalah kunci belajar

Supaya kita bisa paham, minimal bacalah materi baru dua kali dalam sehari, yakni sebelum dan sesudah materi itu diterangkan oleh guru. Karena otak sudah mengolah materi tersebut sebanyak tiga kali jadi bisa dijamin bakal tersimpan cukup lama di otak kita.

3. Mencatat pokok-pokok pelajaran

Tinggalkan catatan pelajaran yang panjang. Ambil intisari atau kesimpulan dari setiap pelajaran yang sudah dibaca ulang. Kata-kata kunci inilah yang nanti berguna waktu kita mengulang pelajaran selama ujian.

4. Hapalkan kata-kata kunci

Kadang, mau tidak mau kita harus menghapal materi pelajaran yang lumayan banyak. Sebenarnya ini bisa disiasati. Buatlah kata-kata kunci dari setiap hapalan, supaya mudah diingat pada saat otak kita memanggilnya. Misal, kata kunci untuk nama-nama warna pelangi adalah MEJIKUHIBINIU, artinya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

5. Pilih waktu belajar yang tepat

Waktu belajar yang paling enak adalah pada saaat badan kita masih segar. Memang tidak semua orang punya waktu belajar enak yang sama lo. Tapi biasanya, pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berkonsentrasi penuh. Gunakan saat ini untuk mengolah materi-materi baru. Sisa-sisa energi bisa digunakan untuk mengulang pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah.

6. Bangun suasana belajar yang nyaman

Banyak hal yang bisa buat suasana belajar menjadi nyaman. Kita bisa pilih lagu yang sesuai dengan mood kita. Tempat belajar juga bisa kita sesuaikan. Kalau sedang bosan di kamar bisa di teras atau di perpustakaan. Kuncinya jangan sampai aktivitas belajar kita mengganggu dan terganggu oleh pihak lain.

7. Bentuk Kelompok Belajar

Kalau lagi bosan belajar sendiri, bisa belajar bareng dengan teman. Tidak usah banyak-banyak karena tidak bakal efektif, maksimal lima orang. Buat pembagian materi untuk dipelajari masing-masing orang. Kemudian setiap orang secara bergilir menerangkan materi yang dikuasainya itu ke seluruh anggota lainnya. Suasana belajar seperti ini biasanya seru dan kita dijamin bakalan susah untuk mengantuk.

8. Latih sendiri kemampuan kita

Sebenarnya kita bisa melatih sendiri kemampuan otak kita. Pada setiap akhir bab pelajaran, biasanya selalu diberikan soal-soal latihan. Tanpa perlu menunggu instruksi dari guru, coba jawab semua pertanyaan tersebut dan periksa sejauh mana kemampuan kita. Kalau materi jawaban tidak ada di buku, cobalah tanya ke guru.

9. Kembangkan materi yang sudah dipelajari

Kalau kita sudah mengulang materi dan menjawab semua soal latihan, jangan langsung tutup buku. Cobalah kita berpikir kritis ala ilmuwan. Buatlah beberapa pertanyaan yang belum disertakan dalam soal latihan. Minta tolong guru untuk menjawabnya. Kalau belum puas, cari jawabannya pada buku referensi lain atau internet. Cara ini mengajak kita untuk selalu berpikir ke depan dan kritis.

10. Sediakan waktu untuk istirahat

Belajar boleh kencang, tapi jangan lupa untuk istirahat. Kalau di kelas, setiap jeda pelajaran gunakan untuk melemaskan badan dan pikiran. Setiap 30-45 menit waktu belajar kita di rumah selalu selingi dengan istirahat. Kalau pikiran sudah suntuk, percuma saja memaksakan diri. Setelah istirahat, badan menjadi segar dan otak pun siap menerima materi baru.

Satu lagi, tujuan dari ulangan dan ujian adalah mengukur sejauh mana kemampuan kita untuk memahami materi pelajaran di sekolah. Selain menjawab soal-soal latihan, ada cara lain untuk mengetes apakah kita sudah paham suatu materi atau belum. Coba kita jelaskan dengan kata-kata sendiri setiap materi yang sudah dipelajari. Kalau kita bisa menerangkan dengan jelas dan teratur, tak perlu detail, berarti kita sudah paham.

Info Kecantikan

5 Khasiat Kecantikan yang Dikandung Tomat



Selain sehat untuk disantap, tomat juga dikenal memiliki banyak khasiat untuk kecantikan kulit. Tomat mengandung likopen yang merupakan antioksidan yang dapat membantu membuat kulit tampak lebih cerah dan bersinar. Kandungan senyawa ini juga melindungi kulit terhadap radiasi berbahaya dari matahari. Berikut adalah lima khasiat kecantikan yang terkandung dalam tomat.

1. Mengecilkan pori-pori

Pori-pori kulit yang besar dapat menyebabkan kotoran dan debu terakumulasi di kulit. Ini dapat menyebabkan infeksi. Ambil satu sendok makan jus tomat segar. Tambahkan 2-3 tetes air lemon ke dalamnya dan kemudian oleskan campuran ini pada kulit wajah Anda. Pijat dalam gerakan melingkar. Biarkan selama 15 menit dan bilas dengan air dingin.

2. Mengobati jerawat

Tomat kaya akan vitamin A dan C yang sangat membantu dalam menyembuhkan jerawat. Jika Anda memiliki jerawat ringan, potong tomat jadi dua dan kemudian oleskan pada jerawat. Dalam kasus yang parah, haluskan satu buah tomat dan oleskan secara merata pada wajah. Biarkan selama satu jam dan kemudian bilas dengan air.

3. Sebagai astringen

Campur jus ketimun dan tomat dalam proporsi yang sama. Oleskan masker ini secara merata pada wajah dan lakukan perawatan ini dengan teratur. Kandungan senyawa dalam tomat juga dapat membantu untuk menjaga kulit terbebas dari minyak.

4. Menghilangkan komedo

Untuk menghilangkan masalah komedo, gunakan kombinasi tomat dan alpukat. Kombinasi ini dapat membantu membersihkan kulit dan membuatnya jadi lebih halus. Gunakan masker ini secara teratur untuk membantu menyingkirkan komedo.

5. Menyembuhkan peradangan kulit

Tomat memiliki efek menenangkan terhadap radiasi berbahaya dari matahari. Parut setengah tomat dan campur dengan dua sendok makan yogurt. Oleskan masker ini secara merata pada area tubuh yang sering terkena paparan sinar matahari. Bilas setelah setengah jam. Tomat adalah obat terbaik untuk menyembuhkan peradangan kulit.

Inilah lima khasiat menakjubkan dari tomat yang tidak hanya mempercantik kulit Anda, tetapi juga menyehatkannya.



Minggu, 13 Oktober 2013

Bahasa Daerah

Paribasan

Paribasan yaiku unen-unen kang wis gumathok racikane lan mawa teges tartemtu. Dhapukaning paribasan awujud ukara utawa kumpulaning tembung (frase), lan kalebu basa pinathok. Racikaning tembung ora owah, surasa utawa tegese uga gumathok, lumrahe ateges entar. Tegese tembung lumereg, gumantung surasa lan karep kang kinandhut ing unen-unen. Paribasan ngemu teges: tetandhingan, pepindhan, utawa pepiridan (saemper pasemon). Kang disemoni manungsa, ulah kridhaning manungsa, utawa sesambunganing manungsa lan alam uripe.
Paribasan ana kang sinebut bebasan lan saloka. Diarani bebasan Manawa lereging teges nggepok sesipatan utawa kaanan kang sambung rapet karo ulah kridhaning manungsa. Diarani saloka menawa lereging teges magepokan karo sing disemoni, disanepani, utawa dipindhakake.Anak-anakan timun = wong kang ngepek bojo anake pupon
Andaka atawan wisaya = wong kang kena prakara banjur minggat amarga duwe pangira bakal kalah prakarane
Andaka ina tan wrin upaya = wong kang didakwa nyolong nanging ora ngaku, wasana kajibah nggoleki barang kang ilang
Awak pendhek budi ciblek = wong cilik tur asor bebudene
Abag-abang lambe = guneme mung lamis
Adol lenga kari busik = dum dum barang, nanging sing andum ora oleh bagean
Akadang saksi = wong prakaran akeh sadulure kang dadi seksine
Ana bapang sumimpang = nyingkiri sakehing bebaya
Anirna patra = ngungkiri tulisane dhewe
Angin silem ing warih = tumindak ala kanthi sesidheman
Angon kosok = ngreti ulah kridhaning wong liya lan bisa empan papan tumindake
Asor kilang munggwing gelas = gunem manis tur marak ati lan bisa mranani sing krungu
Adhang-adhang tetese embung = nJagakake barang mung sakoleh-olehe
Aji godhong garing = wis ora ana ajine (asor banget)
Ana adulate ora ana begjane = arep nemu kabegjan, ning ora sida
Ana gula ana semut = panggonan sing akeh rejekine, mesti akeh sing nekani.
Anggenthong umos = wong kang ora bisa nyimpen wewadi.
Angon mangsa = golek wektu kang prayoga kanggo tumindak.
Angon ulat ngumbar tangan = ngulatake kaanan, yen limpe banjur dicolong
Arep jamure emoh watange = gelem kepenake ora gelem rekasane
Asu belang kalung wang = wong asor nanging sugih
Asu gedhe menang kerahe = wong kang dhuwur pangkate mesthi wae luwih dhuwur panguwasane
Asu munggah ing papahan = wong ngrabeni tilas bojone sadulur tuwa
Ati bengkong oleh oncong = wong duwe niyat ala oleh dalan
Ana catur mungkur = ora seneng nyampuri urusaning liyan
Anak molah bapa kepradhah = wong tuwa melu repot amarga tumindake anake
Arep nengkane emoh pulute = gelem kepenak emoh nglakoni rekasane
Adigang, adigung, adiguna = seneng ngendelake kekuwatane, panguwasae, lan kepinterane
Ancik-ancik pucuking eri = tansah was sumelang
Asu marani gebug = njarag bebaya
Asu rebutan balung = rebutan utawa padudon sing ora mumpangati
Baladewa ilang gapite = wong gagah kang ilang kakuwatane, kaluhurane (ora duwe panguwasa)
Banyu pinerang ora bakal pedhot = pasulayane sedulur ora bakal medhotake pasedulurane
Bapa kesolah anak molah = yen wong tuwa oleh prakara, anak uga melu ngrasakae lan melu tanggung jawab
mBarung sinang = nyela-nyela wong guneman
mBalithuk kukum = mbudidaya ucul saka ing kukum utawa angger-angger
mBaguguk ngutha waton = mbangkang marang pamarentah
mBondhan tanpa ratu = mbangkang marang nagara
mBuru kidang lumayu = nguyak samubarang kang durung karuwan wekase
mBuwang rase nemu kuwuk = nyingkiri piala, nanging malah nemu piala kang luwih saka ala
mBuwang tilas = rewa-rewa ora mentas tumindak pagawe ala
Bathang lelaku = lunga ijen ngambah panggonan kang mbebayani
Beras wutah arang bali menyang takere = barang kang wis owah ora bakal bali kaya maune
mBidhung api rowang = ethok-ethok nulung nanging sejatine arep ngrusuhi
Blilu tau pinter durung nglakoni = wong bodho nanging sering nglakoni iku luwih pinter tinimbang wong pinter nanging durung tau nglakoni
Balung tinumpuk = anak loro dimantu tunggal dina
Bathang lelaku = wong lungan ijen liwat dalan kang gawat, ngemu baya pati
Bathang ucap-ucap = wong loro lungan liwat dalan kang gawat, ngemu baya pati
Bubuk oleh leng = wong duwe niyat ala oleh dalan
Bung pring petung = bocah kang longgor (gelis gedhe)
Buntel kadut, ora kinang ora udut = wong nyambut gawe borongan, ora oleh opah dhuwit, mangan, lan udut
Busuk ketekuk, pinter keblinger = sing bodho lan sing pinter padha nemu cilaka
Becik ketitik ala ketara = sing becik bakal tinemu, sing ala bakale ketara
Belo melu seton = bisane mung melu-melu, ora ngerti sing dikarepake
Mburu uceng kelangan deleg = nguyak barang sepele kelangan barang sing aji
Bathok bolu isi madu = dianggep wong lumrah nanging sugih kepinteran, utawa wong ala rupane nanging manis bebudene
Bebek diwuruki nglangi = wong pinter diwulang mesthi gelis bisa
Bebek mungsuh mliwis = wong loro padha dene pintere mungsuhan, nanging sing siji luwih trengginas
Bima akutha wesi = wong gedhe kang kukuh panguwasane
Bramara mangun lingga = wong lanang gumagusan ing ngarepe wong wadon kang disiri
Brekithi angkara madu = wong kacilakan marga barang kang banget dikaremi
Byung-byung tawon kambu = wong ela-elu, senengane padha kumpul tanpa ana prelune
Calak cangkol kendhali bol, cemethi tai = nyela-nyela gunem kang ora ana pedahe
Carang canthel = ora diajak guneman nanging melu-melu ngrembug
Car-cor kaya kurang janganan = ngomong ceplas-ceplos ora dipikir dhisik
Cathok gawel = seneng cawe-cawe mesthi ora diajak guneman
Cecak nguntal elo = gegayuhan sing ora jumbuh karo kahanane
Cebol nggayuh lintang = wong duwe panggayuh kang mokal kecandhake
Cebol nggayuh langit = wong duwe panjangka kang tanpa ana kawusanane
Cecak nguntal cagak = gegayuhan kang ora imbang kekuwatane
Cedhak celeng boloten = cedhak karo wong ala bakal katut ala
Cengkir ketindhihan kiring = wong lanang didhisiki anggone rabi dening adhine
Cikal apupus limar = wong oleh kabegjan kang luwih saka mesthine
Cobolo mangan teki = wong bodho banget tur tumindak asor
Cocak nguntal elo = wong tumandang gawe kang ora laras karo kaanane
Cumbu laler = wong kang teka lunga pamanggone
Ciri wanci lalai ginawa mati = pakulinan ala ora bisa diowahi yen durung nganti mati
Cincing-cincing meksa klebus = karepe ngirid nanging malah entek akeh, karepe mung climen wekasan entek wragat akeh
Criwis cawis = seneng maido nanging ya seneng menehi (muruki)
Cuplak andheng-andheng, yen tan pernah panggonane = wong kang tansah sulaya karo rembuge wong akeh
Crah gawe bubrah, rukun gawe santosa = pasulayan njalari ringkih, karukunan njalari kuwat.
Cedhak kebo gupak = sesrawungan karo wong ala bisa melu-melu
Dahwen ati open = nacad nanging mbenerake wong liya
Digarokake dilukokake = dikongkon nyambut gawe abot
Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan = senajan wong liya yen nemoni rekasa bakal dibelani
Duka yayah sinipi, jaja bang mawinga-winga = wong kang nesu banget
Dhandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dhandhang = bab ala dikandhakke becik, bab becik dikandhakkke ala
Derman golek momongan = wong wis akeh kewajibane isih golek gawean kang ngimbuhi ribed
Desa mawa cara negara mawa tata = saben panggonan duwe tata car dhewe-dhewe
Dadia godhong moh nyuwek, dadia banyu moh nyawuk = wis emoh sapa aruh
Dhalang kerubuhan panggung = wong tanpa bisa kumecap marga nemu wiring
Dhandhang diunekake kuntul = wong ala dikira becik
Dhandhang ngelak = wong kang ngajab patining liyan
Dhadhap ketuwuhan cangkring = kumpulane wong becik kaworan wong ala atine
Dhayung oleh kedhung = wong tumandang gawe kanthi kepenak jalaran cocog lan saranane
Dhemit ora ndulit, setan ora doyan = ana ngendi papan tansah slamet
Dibeciki mbalang tai = mbeciki wong liya oleh pinwales piala
Dikempit kaya wade, dijuju kaya manuk = banget ditresnani
Dolanan ula mandi = njarag tumindak gawe kang ngemu bebaya
Dudu berase ditempurake = nyambungi guneman, nanging ora cundhuk karo sing dirembug
Durung cundhuk, acandhak = ora ngerti perkarane melu urun gunem
Dhadhakan anglayoni = mementahi rembug sing wis mateng
Dudutan lan anculan = wong loro padha kethikan: sing siji ethok-ethok ora ngerti
Durung ilang pupuk lempuyange = dianggep isih kaya bocah cilik
Durung pecus keselak betus = durung sembada wis duwe kekarepan neka-neka
Duk sandhing geni = wong lanang jejer turu karo wong wadon dudu bojone
Diwenehi ati ngrogoh rempela = diwenehi sithik isih kurang panarima
Dipalangana mlumpat, ditalenana medhot = arepa dikaya ngapa yen wis takdhire bisa kalakon
Dom sumuruping banyu = telik sandi (mata-mata), laku sesidheman kanggo meruhi wewadi
Eman-eman ora keduman = karepe eman malah awake dhewe ora keduman
Embuh nila embuh etom = wong kang nyaruwe alaning liyan, nanging dheweke ugamelu nglakoni
Embat-embat celarat = wong nyambut gawe kanthi ngati-ati banget
Emprit abuntut bedhug = wong kang nggedhekake perkara sing maune sepele
Enggon welut diedoli udhet = wong pinter dipameri kepinteran sing ora sepiraa
Endhas gundhul dikepeti = wong sing wis kepenak uripe oleh kamukten
Esuk dhele, sore tempe = ora antep, atine molah-malih
Emban cindhe, emban siladan = tumindak ora adil
Entek amek, kurang golek = diuneni akeh-akeh
Entek jarake = wis entek kasugihane
Gajah alingan teki = wong gedhe sendhen prekarane wong cilik
Gajah marani wantilan = wong kang njarag nemoni bebaya
ngGajah elar = wong kang sarwa kasembadan kekarepane
Gajah ngidak rapah = wong gedhe (agung) nrajang wewalere dhewe
Gajah perang karo gajah, kancil mati ing tengah = wong gedhe padha pasulayanwong cilik sing dadi korban
Galuga sinalusur sari = wong becik rupane, utama bebudene
Gambret singgang mrakatak ora ana sing ngeneni = wong wadon kenes ora ana wong lanang sing nakokake
Gagak nganggo laring merak = wong cilik tumindak kaya-kaya wong gedhe
Garang garing = wong semugih nanging sejatine kekurangan
Gayuk-gayuk tuna, nggayuh-nggayuh luput = samubarang kang dikarepake ora bis keturutan
Gliyak-gliyak tumindak, sareh pikoleh = senajan alon-alon anggone tumindak nanging bisa kelakon
Golek banyu bening = meguru golek kawruh sing becik
Nggutuk lor kena kidul = ngarani/ndakwa sing ora bener
Nggenthong umos = wong kang ora bisa nyimpen wewadi
Gawe luwangan, ngurugi luwangan = utang kana, nyaur kene
nGGayuh tawang = tumandang gawe kang tanpa pituwas
Gecul ngumpul bandhol ngrompol = wong ala padha saiyeg tumindak ala
Gedhang apupus cindhe = wong duwe kamelikan kang ora salumrahe
Geguyon dadi tangisan = gegojegan, wasana gawe susah
Gemblung jinurung, edan kawarisa = tumindak nekad, nanging malah nemu kabegjan
Gendhon rukon = tumindak bebarengan amrih padha kepenake
Geni guntur nila bena = dhawuhing nagara kudu linakonan
nGgenteni watang putung = nglungsur kalungguhane wong kang wis mati
nGgepuk kemiri kopong = tumindak gawe kang tanpa kasil
nGgered ori saka pucuk = tumandang tanpa petung, wasana gawe rekasa awake dhewe
Giri lusi janma tan kena ingina = wong katone bodho jebul sugih kawruh
Golek-golek ketanggor wong luru-luru = arep tumindak ala, wasana kepergok wong kang uga tumindak ala
Gondhelan poncoting tapih = nggantungake urpe marang bojo
Gotong mayit = lungan mung wong telu ngliwati papan sing mbebayani
Greget-greget suruh = nggregetake ati nanging ngemu rasa seneng
ngGugat kayu aking = mrakarakake wong kang wis mati
Gumembrang ora adang = kelangan barang tanpa ana sing weruh
Gumendheng ora nggoreng = kelangan barang tanpa ana sing weruh
ngGutuk api lamur = mitenah wong liya kanthi ethok-ethok ora ngerti wong sing dipitenah
Gupak pulute ora melu mangan nangkane = melu rekasa nanging ora melu ngrasakake kepenake
Glugu ketlusuban ruyung = kumpulane wong becik kecampuran wong ala bebudene
Glundhung semprong = wong wadon omah-omah ora nggawa bandha mapan ing omahe sing lanang
Gong lumaku tinabuh = wong geleme omong mung yen ditakoni
Idu geni = sakuni-unine kelakon
Idu didilat maneh = njabel rembug sing wis kawetu
Iwak kecemplung wuwu = kena diapusi kanthi gampang
Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani = yen ana ngarep nyontoni, ana tengah menehi greget (karep), ana mburi menehi daya
Jer basuki mawa beya = sakabehing gegayuhan mbutuhake wragad (pengorbanan)
nJabung alus = ngapusi kanthi tembung manis
nJaring langit = tumindak gawe kang tanpa asil
nJaring angin = tumindak gawe kang tanpa asil
Jinjang api goyang = ora nggugu kandhaning liyan nanging malah gawe kapitunan
Jalma tan kena kinira = manungsa iku ora kena diremehake
Jati ketlusuban ruyung = kumpulane wong becik kelebon wong ala
Njagakake endhoge si blorok = ngarep-arep barang sing durung mesthi
Njajah desa milangkori = wis tekan ngendi-endi
Jalma angkara mati murka = nemoni cilaka jalaran angkara murkane
Jamur tuwuh ing sela = wong kang uripe memelas
nJalukan ora wewehan = seneng njaluk ora gelem menehi
Jaran kerubuhan empyak = wong kang wis kanji (kapok, wedi) banget marga lelakon sing wis tau gawe wedi
Jarit luwas ing sampiran = wong duwe kepinteran nanging ora ana sing nganggo utawa ngangsu kapinterane, lawas-lawas wong iku tanpa guna
nJujul muwul = prakara kang nambah-nambahi rekasa, utawa wis sarwa akeh lan torah (kecukupan) isih oleh wuwuh (tambahan) maneh
nJunjung ngantebake = ngalembana nanging duwe niyat ngasorake
Kaduk wani kurang deduga = watak wong enom sing grusa-grusu kurang petung
Kalah cacak menang cacak = samubarang pagawean luwih becik dicoba dhisik bisa lan orane
Karna binandhung = kabar kang lumembar sarana gethok tular
Kebak sundukane = wis akeh anggone gawe piala
Kebak sundukane = kakehan dosa, akeh sing disulayani
Kebanjiran segara madu = nemu kabegjan kang gedhe banget
Kebat kliwat, gancang pincang = tumindak kang kesusu mesthi ora kebeneran
Kebo bule mati setra = wong pinter ning ora ana sing merlokake
Kebo ilang tombok kandhang = wis kelangan ngetokake wragat maneh kanggo nggoleki malah ora ketemu
Kebo lumumpat ing palang = wong gedhe nggagahi prakarane sadulur utawa kaluwargane dhewe
Kebo kabotan sungu = wong ngrekasa uripe marga kabotan butuh, kakehan anak
Kebo lumaku dipasangi = wong kang gelem tumandang gawe yen dituntun (diwarahi)
Kebo nusu gudel = wong tuwa njaluk wuruk marang wong enom
Kebo mulih nyang kandhange = wong sing wis suwe lelana bali nyang asale
Kebo mutung ing pasangan = wong ninggal pagaweane sing durung sida ditandangi
Kecing-kecing diraupi = tumindak gawe kanthi wani njejaluk tanpa ngrasa isin
Keduwung nguntal wedhung = wis kebanjur tumindak, arep mundur wis lumaku, arep maju wis rekasa
Kepaten obor = kelangan aluran pasedulurane
Keri tan pinecut = gelem tumindak gawe tanpa diprentah
Kulak warta adol prungon = oleh kabar banjur ditularake marang liyan
Kumrisik tan kanginan = rumangsa tanpa disaruwe
Kuping budheg dikoroki = ora ngreti kathik dikandhani, wasana kepengin ngreti prekarane
Kakehan gludhug kurang udan = akeh sing diomongake ananging ora nyata
Kaya banyu karo lenga = paseduluran kang ora bisa rukun
Kadang konang = wong kang diaku sedulur yen wonge sugih (duwe pangkat)
Kacang atinggal lanjaran = anak kang ora memper bebudene wong tuwane
Kacang mangsaa ninggal lanjaran = anak iku lumrahe bebudene memper wong tuwane
Kandhang langit, bantal ombak, kemul mega = ora duwe papan (omah)
Katepang ngrangsang gunung = wong asor pengin nggayuh pangkat luhur
Katon cempaka sewakul = wong kang manjila dhewe, beda klawan pepadhane
Kajugrukan gunung menyan = oleh kabegjan gedhe banget
Kawuk ora weruh slira = wong cilik ambeke kaya wong gedhe
Kebanjiran segara madu = nemu kebegjan (rejeki) sing gedhe
Kegedhen empyak kurang cagak = wong kang duwe panjangka ning ora sembada
Kekudhung walulang macan = ngapusi nganggo jenenge wong kang diwedeni
Kelacak kepathak = ora bisa mungkir jalaran wis kebukti
Kemladhean ngajak sempal = wong mondhok gawe rusak sing dipondhoki
Kendhit miming kadang dewa = wong kang ora pasrah ing paeka
Keplok ora tombok = melu seneng ananging ora melu wragad, utawa wong kang senengane maido ning ora gelem melu cawe-cawe
Kerot ora duwe untu = duwe kekarepan ananging ora sembada
Kena iwake aja nganti butheg banyune = ngrampungi prakara kanthi ngati-ngati
Kejugrukan gunung madu = nemu kanugrahan
Kethek saranggon = grombolane wong ala
Kencana katon wingka = arepa becik disawang ora becik
Kendel ngringkel, dhadhag ora godhak = ngakune kendel tur pinter jebule jirih tur bodho
Kenes ora ethes = wong sing sugih nanging ora disenengi
Kriwikan dadi grojogan = prakara sepele dadi prakara gedhe
Kere munggah bale = wong asor diprecaya dadi panguwasa (wong pangkat)
Kere nemoni malem = wong miskin kinembong ing pangan
Kere menangi Mulud = wong miskin kinembong ing pangan
Kerot ora duwe untu = duwe kekarepan ning ora duwe wragad
Kerubuhan gunung = wong nemoni kesusahan sing gedhe banget
Kesandhung ing rata kebentus ing tawang = oleh cilaka sing ora dinyana-nyana
Ketula-tula ketali = wong kang tansah nandhang sengsara
Kethek saranggon = kumpulane wong kang tindake ala
Kinjeng tanpa soca = wong tandang gawe ora ngerti ancas tujuwane
Kaleyang kabur kanginan, ora sanak ora kadang = wong sing ora duwe panggonan utawa omah tetep
Klenthing wadhah masin = wong ala sanajan tumindak becik, tabet-tabete wong ala isih ketara (angel ninggalake pakulinane tumindak ala
Kodhok nguntal gajah = wong duwe trekah sing mokal kalakone
Kongsi jambul uwanen = nganti tumekan tuwa banget
Kriwikan dadi grojogan = prakara kang maune cilik dadi gedhe
Krokot ing galeng = wong kang mlarat banget
Kucing-kucing diraupi = wong duwe gawe kanthi nekad, sanajan direwangi wiring isin
Kudhi pacul singa landhepa =wong adu kapinteran, sing pinter sing bakal nemu kabegjan
Kudhung walulang macan = wong golek utangan nganggo sendhen asmane wong gedhe utawa wong kuwasa
Kumenthus ora becus = seneng umuk nanging ora mrantasi karya (sembada)
Kuntul diunekake dhandhang = wong becik dianggep wong ala
Kurung munggah lumbung = wong rena dipek bojo sing duwe omah
Kutuk nggendhong kemiri = wong kang nganggo kang sarwa aji (apik) liwat dalan kang mbebayani
Kutuk marani sunduk, ula marani gebuk = wong kang njarag (marani) bebaya
Kuncung nganti tumekan gelung = suwe banget anggone ngenteni
Ladak kecangklak = wong kang angkuh nemoni pakewuh marga tumindake dhewe
Lahang karoban manis = wong kang rupane bagus-ayu tur luhur bebudene
Lanang kemangi = wong lanang kang jirih
Lawas-lawas kawongan godhong = wis lawas pangabdine, nanging ora banjur dibuwang, tanpa oleh pangkat
Lebak ilining banyu = wong asor kanggo tiban-tiban yen ana prakara
Ledhang-ledhang nemu pedhang = nemu kabegjan tanpa kanyana-nyana
Legan golek momongan = wong kang wis kepenak malah njarag golek gawean (rekasa)
Lambe satumang kari semerang = menehi pitutur nganti kesel, ora digubris
Lumpuh ngideri jagad = duwe gegayuhan sing mokal kelakon
Lungguh klasa gumelar = ora melu rekasa nanging nemu kepenak
Macan guguh = wong gedhe (kuwasa) wis ora kajen keringan
Madu balung tanpa isi = rebutan samubarang kang tanpa guna
Malang-malang tanggung = ngewuhake, arep ditinggal nggrundel, yen dilokake ora mrantasi gawe
Mancak wadhah tulupan = wis suwe nyambut gawe nanging tanpa duwe celengan
Mecel manuk miber = sarwa kasembadan, sabarang tindake mawa kasil
Mendhak alingan, wekasan katon = tumindak nylamur, nanging wekasan ngaku, jalaran konangan wong akeh
Maju tatu mundur ajur = prakara kang sarwa ndadekake pakewuh, utawa mbudi daya kepiye wae nanging ora kasil
Matang tuna numbak luput = tansah luput kabeh panggayuhane
Mbuwang tilas = ethok-ethok ora ngerti marang tumindake kang ala kang dilakoni
Meneng widara uleren = katone anteng nanging sejatine ala atine
Menthung koja kena sembagine = rumangsane ngapusi, nanging sejatine malah kena apus
Merangi tatal = mentahi rembug kang wis mateng
Micakake wong melek = ora nganggep wong sing meruhi dhewe
Midak sikil, njawil mungkur = kethikan ora ngetarani
Midak tembelek ora penyek = ora duwe kekuwatan kanggo tandang gawe
Mirong kampuh jingga = mbalela marang nagara
Mrojol ing akerep = nyebal saka kalumrahaning wong akeh
Milih-milih tebu boleng = kakehan milih, wekasan oleh kang ora becik
Mikul dhuwur mendhem jero = bisa njunjung drajade wong tuwa
Mubra-mubru mblabar madu = wong kang sarwa kecukupan
Meneng kitiran = ora bisa anteng
Mbrojol saselaning garu = ora ana sing madhani kepinterane, utawa wong kang luput saka bebaya
Nabok nyilih tangan = tumindak ala kanthi kongkonan wong liya
Naga mangsa tanpa cala = wong kang mrana-mrana ngrasani alaning liyan
Ngagar metu kawul = ngojok-ojoki supaya dadi pasulayan, nanging sing diojok-ojoki ora mempan
Ngajari bebek nglangi = panggawean sing ora ana paedahe
Ngalasake Negara = wong sing ora manut pranatane Negara
Ngalem legining gula = ngalembana kapinterane wong kang pancen pinter (sugih)
Ngaturake kidang lumayu = ngaturake barang kang wis ora ana
Nagara mawa tata, desa mawa cara = saben papan duwe adapt lan aturan dhewe-dhewe
Nampel puluk = mitenah kabegjane wong liya
Nandur wiji keli = ngopeni turune wong kasrakat
Nasabi dhengkul = nutup-nutupi kekurangane sadulur supaya oleh kauntungan
Natas tali gumantung = putusan kang ora ana kawusanane
Nebak wong mangan = gawe rugine wong kang oleh kamukten
Nemu kuwuk = wong njaluk tulung marang liyan ora nganggo mara ing omahe
Ninggal bocah ing waton = nyumelangake samubarang sing wis kelakon
Nitipake daging serep = titip anak wadon marang besan
Nucuk ngiberake = wis disuguh mulihe isih mbrekat suguhan
Nulung menthung = karepe aweh welas, nanging malah gawe rekasane
Nuntumake balung pisah = bebesanan karo sedulur kang wis adoh alurane
Nututi baling wis tiba = njabel wicara kang wis kawetu
Nututi kidang lumayu = nguyak samubarang kang durung cetha lan durung mesthi olehe
Ngadu singating andaka = gawe dukaning panggedhe
Ngadhepi celeng boloten = cedhak-cedhak wong ala bebudene
Nglungguhi klasa gumelar = nindakake pegawean kang wis tumata
Ngotragake gunung = wong cilik-asor bisa ngalahake wong gedhe-luhur, nganti gawe kagete wong akeh
Nguthik-uthik macan dhedhe = njarag wong kang wis lilih nepsune
Nguyahi segara = weweh marang wong sugih kang ora ana pituwase
Nyangoni kawula minggat = ndandani barang kang tansah rusak
Nguthik-uthik macan turu = gawe nesu (golek gaweyan)
Nyolong pethek = luput saka pangira
Ngobak banyu bening = gawe rerusuh ing papan kang tentrem
Nguyahi segara = nulung wong sing kecukupan
Nandur pari jero = gawe ngamal kabecikan
Nututi layangan pedhot = nggoleki barang sing angel ketemune
Ngaji mumpung = ngatogake kekarepan mumpung ana wektu becik
Ngalem legining gula = ngalem kepinterane wong winasis
Ngandel tali gedebog = mrecaya barang kang ora mitayani
Ngantuk nemu kethuk = enak-enak ora nyambut gawe nanging oleh kabegjan
Ngangsu banyu ing kranjang = golek ngelmu nanging ora pinter marga ngelmune
Ngaub ngawar-awar = golek pangayoman marang wongmiskin
Nguwod gedebog = wong nemu kacilakan merga panggawene wong liya
Nguyang lara nempur pati = njarag marang kacilakan
Nguyuh aling-alingan sada = ngumpetake kekurangane, nanging ora murwat lan sranane
Ngabuk wong meteng = milara wong kang tanpa daya
Ngemping lara nggenjah pati = njarag marang kasangsaran
Ngempukake watu item = nganggep remeh prakara abot
Ngemut legining gula = ngrumat baranging liyan, bareng ngreti yen ana gunane banjur dipek dhewe, ora diwenehake sing duwe
Ngenteni timbale watu item = ngarep-arep samubarang kang ora bakal teka
Ngetutake poncoting tapih = melu sapari lungane bojo
Nggepuk kemiri kopong = tumandang gawe kang tanpa pituwas
Nglancipi singating andaka = natang wong kang kawasa
Nglangi ing tengah mati ing pinggir = apa kang digarap tanpa karampungan
Nglumahake, ngurepake = bebesanan anak loro lanang wadon padha nggawa lan padha olehe
Ngarebake sikut = nenonton mung kanggo golek sukan-sukan
Ngrampek-ngrampek kethek = nyanak marang wong ala
Ngrangsang-ngrangsang tuna = samubrang kang ginayuh ora kena
Ngrusak pager ayu = ndhemeni bojoning liyan
Nrenggiling api mati = wong ethok-ethok ora ngrungu guneme liyan, nanging sabenere niling-nilingake
Numpal keli = wong lelungan mung nunut kancane
Nusup ngayam alas = wong lelungan kanthi mlebu metu padesan lan ngliwati omah-omahe wong akeh
Nyambung watang putung = ngruunake sedulur kang cecongkrahan
Nyawat mbalang wohe = duwe panpgangkah sarana pitulungane sedulur sing diangkah
Nyeret pring saka pucuk = pagawean gampang malah dingel-ngel
Nyundhang bathang bantheng = ngangkat priyayi turunane bangsa luhur kang wis ora duwe pangawasa
Nyunggi lumpang kentheng = rabi ayu turune wong luhur
Obor blarak = mung sawetara wae
Obah owah = barang dadi becik mbutuhake wragad
Obah mamah = yen gelem makarya, bakale akeh rejeki
Obah ngarep kobet mburi = wani rekasa dhisik, mbesuke bakal kepenak
Opor bebek, mentas dhewek = rampungae saka reka dayane dhewe
Ora ana banyu mili mandhuwur = watak iku tumurun marang anak
Ora ana kukus tanpa geni = ora ana akibta tanpa sebab
Ora gonja ora unus = wis rupane ala, bebudene uga ala
Ora jaman ora makam = ora genah asal kamulane
Ora mambu enthong irus = ora ana sambung rapete bab aluran paseduluran
Ora ngerti kenthang kimpule = ora weruh prakara sing dirembug
Ora polo ora uteg = bodho banget
Ora tembung ora lawung = njupuk barange liyan tanpa jawab
Ora weruh alip bengkonge = ora ngreti aksara
Othak-athik didudut angel = katone sarwa ganpang bareng ditemenani ora ana nyatane
Ora kingan ora udut = ora mangan apa-apa
Ora uwur ora sembur = ora gelem cawe-cawe (aweh pitulung)
Palang mangan tandur = wong kang diwenehi kapercayan njaga nanging malah ngrusak
Pandengan karo srengenge = memungsuhan karo panguwasane
Pandhitane antake = laire katon suci batine ala
Pecruk tunggu bara = wong kang dipasrahi tunggu barang kang dimelik (dadi kesenengane)
Pupur sadurunge benjut = becik jaga-jaga utawa tumindak ngati-ati
Pupur sawise benjut = ngati-ati sawise nemu bebaya
Pinter keblinger busuk ketekuk = sarwa cilaka, tansah kena paeka
Pitik trondhol diumbar ing padaringan = wong miskin dipracaya manggon ing papan kang mubra-mubru pangan
Pupur sawise benjut = tumindak ngati-ati bareng wis ketaman
Raga tanpa mule = rana-rene mung disawiyah, ora kajen
Rupak jagade = ora duwe papan pasrawungan
Rame ing gawe, sepi ing pamrih = gelem tandang gawe ora amarga golek opah
Ramban-ramban tanggung = wong ngira alaning liyan, nanging isih ragu-ragu
Rawe-rawe rantas, malang-malang putung = sakehing pepalang bisa disingkirake
Rampek-rampek kethek = wong kang nyedhak-nyedhak wong ala, ora wurung oleh piala saka wong iku
Rebut balung tanpa isi = pasulayan marga barang kang sepele
Regem-regem kemarung = wong kang ngrangkani wong liya kang sok nglarani (gawe cilaka)
Renggang gula kumepyur pulut = wong kang raket banget anggone kekancan
Rindhik asu digitik = dikongkon nindakake pegawean kang ora cocog karo kekarepane
Rupa nggendhong rega = merga barange apik mula regane ya larang
Rukun agawa santosa, crah agawe bubrah = yen padha rukun mesthi padha santosa, yen padha congkrah mesthi bakal rusak
Rubuh-rubuh gedhang = wong kang ela-elu tumindake liyan (melu-melu)
Sing salah seleh = sing salah bakal nampa akibate
Sembur-sembur adas, siram-siram bayem = bisa kaleksanan marga pandongane wong akeh
Sadumuk bathuk sanyari bumi = pasulayan dilabuhi toh pati
Satru munggwing cangklakan = wong kang dadi mungsuh ing lingkungan sanak sedulur
Satu munggwing rimbagan = wong loro kang anggone kekancan padha cocoge
Suduk gunting tatu loro = nampa kesusahan (kasangsaran) bareng-bareng (ngiwa nengen)
Sabar sareh mesthi bakal pikoleh = tumindak samubrang aja kesusu
Sabaya pati sabaya mukti = kerukunan nganti tekaning pati
Sadumuk bathuk senyari bumi = pasulayan nganti dilabuhi tekan pati
Sandhing kirik gudhigen = wong kang srawung karo wong ala, ora wurung ketularan alane
Sandhing kebo gupak = wong kang cedhak wong tumindak ala, bisa-bisa katut ala
Sanggar waringin = wong kang dadi pangayomane wong akeh
Sepi ing pamrih rame ing gawe = nindakake pagawean kanthi ora duwe kamelikan apa-apa
Sluman-slumun slamet = sanajan kurang ngati-ati nanging isih diparingi slamet
Sumur lumaku tinimba, gong lumaku tinabuh = wong kang geleme tumandang gawe yen diajak utawa dikancani wong sing wis pinter
Sadawa-dawane lurung isih dawa gurung = kabar iku mesthi sumebar adoh, lan adoh karo kanyatane
Sapikul sagendhongan = andum barang kanthi kukum kang murwat lan kaanane
Sendhen kayu aking = prakaran gondhelan wong kang wis mati
Singidan nemu macan = dhelikan marga tumindak ala nanging malah kawruhan panggedhene
Si gedheg lan si anthuk = wong loro kang wis padha kangsen tumindak ala bebarengan
Simbar tumrap sela = wong kang uripe ngrekasa, awit ora duwe sumber pangan sing gumathok
Tebu tuwuh socane = wong sing alus lan mans tembunge nanging ala aten-atenane
Tekek mati ulone = wong kang nemoni cilaka marga saka gunemane dhewe
Tembang rawat-rawat, bakul sinambewara = kabar kang durung mesthi salah lan benere
Tulung menthung = katone aweh pitulungan, nanging gawe susah
Tega larane ora tega patine = arepa kaya ngapa sedulur iku perlu dibelani
Tigan kaapit sela = wong kang ana ing sajroning bebaya, tansah was-sumelang atine
Timun jinara = prakara gampang banget
Timun wungkuk jaga imbuh = wong kang kanggo genep-genep (jaga-jaga yen kekurangan)
Timun mungsuh duren = wong ringkih mungsuh wong kuwat
Tuna satak bathi sanak = rugi petung (bandha) nanging tambah sedulur
Tunggal banyu – tunggal guru
Tinggal glanggang colong playu = ora wani tanggung jawab (keplayu ing peperangan)
Tumbak cucukan = wong kang seneng pradul (adu-adu) marang liyan
Tumbu oleh tutup = wong loro sing cocog aten-atenane
Tumper cinawedan, wedang lelaku = wong kang angger duwe bojo, bojone mati (wong kang diseriki kanca-kancane)
Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati = turune wong cilik bisa dadi wong gedhe, turune wong gedhe ora bisa oleh kalungguhan dhuwur, utawa prakara ala ngambra-ambra dene prakara becik kari sethithik
Tunggak kalingan rone = tilas wong gedhe wis ora katon gedhene utawa luhur pangkate
Tunggak kemadhuh = wong kang maune dadi mungsuh
Tunjung tuwuh ing sela = wong kang maune dadi mungsuh
Thenguk-thenguk nemu kethuk = nyambutgawe sakpenake nanging meksa nemu kabegjan
Ucul saka kudangan = luput karo gegayuhane
Ula marani gitik (gebug) = wong kang njarag marang bebaya
Ulat madhep ati kareb = wis manteb banget kekarepane
Ungak-ungak pager arang = duwe melik marang bojoning liyan
Ulangan cumbon = angger lunga, ora suwe bali maneh
Uyah kecemplung segara = menehi barang sethithik marang wong sugih banget
Undhaking pawarta sudaning kiriman = kabar sing sumebar beda nyatane
Udan tangis = akeh wong sing kesusahan amarga ketaman bencana
Uwod gedebog = wong kang ora kena diprecaya kanggo lantaran rembug
Wastra bedhah kayu pokah = wong nandhang tatu, babak kulite, putung balunge (wong ketula-tula uripe)
Watra lungset ing sampiran = wong pinter ora diguroni wong liya nganti tuwa
Wedi rai wani silit = wanine mung saka mburi, wedi yen adhep-adhepan
Wedhus diumbar ing pakacangan = wong mlarat dipercaya njaga barang pakaremane
Weruh ing grubyug, ora weruh ing rembug = melu-melu tumindak nanging ora ngerti kang dikarepake
Wiwit kuncung nganti gelung = nuduhake wektu sing suwe banget (saka bocah nganti tuwa)
Welsa tanpa alis = arep tetulung (melasi) wong liya nanging malah dadi bilaine
Waras-wiris = sehat
Wong wadon cowek gopel = drajating wong wadon kang ora pangaji
Wis kebak sundukane = wis akeh banget kaluputane
Yuwana mati lena = wong becik nemu cilaka jalaran ora ngati-ati
Yitna yuwana, lena kena = sing ngati-ati bakal slamet, sing sembrana cilaka
Yuyu rumpung mbarong ronge = wong kang nyantosani omahe, amarga wedi diganggu gawe wong liya kang ala pakartine
Yiyidan munggwing rampadan = biyene wong durjana saiki dadi wong alim
Yoga anyangga yogi = murid nirokake piwulange guru



Sumber : Pepak basa Jawa

Fisika untuk smp

Listrik Dinamis



     Listrik Dinamis adalah listrik yang dapat bergerak. Cara mengukur kuat arus pada listrik dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah coulumb dan satuan waktu adalah detik. Kuat arus pada rangkaian bercabang sama dengan kuat arus yang masuk sama dengan kuat arus yang keluar. Sedangkan, pada rangkaian seri kuat arus tetap sama di setiap ujung-ujung hambatan. Sebaliknya, tegangan berbeda pada hambatan. pada rangkaian seri tegangan sangat tergantung pada hambatan, tetapi pada rangkaian bercabang tegangan tidak berpengaruh pada hambatan. Semua itu telah dikemukakan oleh hukum kirchoff yang berbunyi "jumlah kuat arus listrik yang masuk sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar". Berdasarkan hukum ohm dapat disimpulkan, cara mengukur tegangan listrik adalah kuat arus × hambatan. Hambatan nilainya selalu sama karena tegangan sebanding dengan kuat arus. tegangan memiliki satuan volt(V) dan kuat arus adalah ampere (A) serta hambatan adalah ohm.

KUAT ARUS LISTRIK (I)

Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan arah dengan arah gerak elektron.

Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar tiap satuan waktu. Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I adalah




para ahli telah melakukan perjanjian bahwa arah arus listrik mengalir dari kutub positif ke kutub negatif. Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran elektron.Contoh cara menghitung arus listrik:
1. Pada suatu penghantar mengalir muatan listrik sebanyak 60 coulomb selama 0,5 menit.
Hitung besar arus listrik yang mengalir pada penghantar tersebut ?
Penyelesaian:
Diketahui: Q = 60 C
               t = 0,5 menit  = 30 sekon
Ditanyakan: I = ........ ?
Dijawab:
I = Q/t
I = 60 / 30
I = 2 ampere
Jadi besar kuat arus listrik yang mengalir pada penghantar 2 ampere.

Arus listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere. Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikroAmpere (μA) seperti di dalam jaringan tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir. Dalam kebanyakan sirkuit arus searah dapat diasumsikan resistansi terhadap arus listrik adalah konstan sehingga besar arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung pada voltase dan resistansi sesuai dengan hukum Ohm.
Arus listrik merupakan satu dari tujuh satuan pokok dalam satuan internasional. Satuan internasional untuk arus listrik adalah Ampere (A).


BEDA POTENSIAL ATAU TEGANGAN LISTRIK (V)

Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.

Beda potensial antara kutub positif dan kutub negatif dalam keadaan terbuka disebut gaya gerak listrik dan dalam keadaan tertutup disebut tegangan jepit.Sumber tegangan listrik yaitu peralatan yang dapat menghasilkan beda potensial listrik secara terus menerus. Beda potensial listrik diukur dalam satuan volt (V). Alat yang digunakan adalah volmeter.
Beda potensial adalah usaha yang digunakan untuk memindahkan satuan muatan listrik . Hubungan antara energi listrik, muatan listrik dan beda potensial dapat dituliskan dalam persamaan:

V= W/ Q

V = Beda potensial listrik dalam volt (V)
W = energi listrik dalam joule (J)
Q = muatan listrik dalam coulomb (C).
Arus listrik hanya akan terjadi dalam penghantar jika antara ujung-ujung penghantar terdapat beda potensial (tegangan listrik). Alat ukur beda potensial listrik adalah volmeter. Dalam rangkaian voltmeter dipasang paralel dengan hambatan (beban).
Contoh, beda potensial antara ujung penghantar adalah 12 volt, hitunglah besarnya energi listrik jika jumlah muatan yang mengalir sebesar 4 coulomb.

Diketahui:
V = 12 volt
Q = 4 C
W = ?

Jawab:
W = V. Q
W = 12 volt x 4 C
W = 48 joule

Dalam rangkaian tertutup pemasangan voltmeter dan amperemeter dapat dilakukan bersama-sama. Voltmeter dipasang paralel terhadap hambatan dan amperemeter dipasang seri terhadap hambatan.

HUBUNGAN ANTARA KUAT ARUS LISTRIK (I) DAN TEGANGAN LISTRIK (V)

Hubungan antara V dan I pertama kali ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal dari Jerman yang bernama George Simon Ohm, dan lebih dikenal sebagai hukum Ohm yang berbunyi:
Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar tetap.

Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm.


Contoh, arus listrik sebesar 2 A mengalir dalam rangkaian yang memiliki hambatan sebesar 2 ohm, hitunglah besarnya beda potensial antara ujung-ujung hambatan tersebut.

Diketahui:
I = 2 A
R = 2 ohm
V = ?
Jawab:
V = I x R
V = 2 A x 2 ohm
V = 4 volt

HUBUNGAN ANTARA HAMBATAN KAWAT DENGAN JENIS KAWAT DAN UKURAN KAWAT

Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.

Untuk berbagai jenis kawat, panjang kawat dan penampang berbeda terdapat hubungan sebagai berikut:





HUKUM I KIRCHOFF

Dalam alirannya, arus listrik juga mengalami cabang-cabang. Ketika arus listrik melalui percabangan tersebut, arus listrik terbagi pada setiap percabangan dan besarnya tergantung ada tidaknya hambatan pada cabang tersebut. Bila hambatan pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik yang melalui cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang, hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus listriknya besar.

Hukum I Kirchoff berbunyi:

Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.

Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum kekekalan muatan listrik.

Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:


Rangkaian Hambatan
a. Rangkaian Seri


pada rangkaian hambatan seri berlaku persamaan :

  

 b. Rangkaian Paralel


pada rangkaian hambatan paralel berlaku persamaan :

keterangan :

I = kuat arus total (A)
I1 = kuat arus pada R1 (A)
I2 = kuat arus pada R2 (A)
I3 = kuat arus pada R3 (A)

V = tegangan total (A)
V1 = tegangan pada R1 (A)
V2 = tegangan pada R2 (A)
V3 = tegangan pada R3 (A)

Rs = Hambatan pengganti seri (ohm)
Rp = Hambatan pengganti pararel (ohm)











Selasa, 08 Oktober 2013

IPS

 Pendudukan Jepang ke Indonesia

Latar Belakang


         


           Pertama, Pembaharuan besar-besaran yang dilakukan Jepang semasa pemerintahan Tenno Meiji. Dengan demikian, menempatkan Jepang sebagai negara industri modern yang sejajar dengan bangsa-bangsa barat. Pembaharuan yang disebut dengan Restorasi Meiji itu membawa akibat perubahan haluan politik Jepang : dari menutup diri terhadap pengaruh asing menjadi imperialis.

          Kedua, berdasarkan kebijakan imperialis Hakko-ichi-u, Jepang bermaksud menjadikan Asia sebagai kesatuan wilayah di bawah pimpinannya. Sebagai negeri di kawasan Asia, Indonesia turut menjadi incaran pendudukan Jepang. Untuk mencapai maksudnya itu, Jepang membangun perasaan persaudaraan Asia.

        Ketiga, sebagai negara industri dan militer, Jepang amat membutuhkan bahan mentah untuk industri dan mesin perang. Dengan kekayaan SDA, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan Jepang tersebut.

         Keempat, sentimen terhadap imperialisme barat di kawasan Asia turut memicu Jepang untuk segera menduduki Indonesia yang dikuasai Belanda. Apalagi penyebab sentimen itu adalah Jepang sendiri dengan kemenangannya dalam Perang Rusia-Jepang. Dengan menguasai Asia, termasuk Indonesia, Jepang bermaksud membendung pengaruh imperialisme barat.

          Kelima, bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe Fumimaro sebagai Perdana Menteri Jepang. Meskipun terjadi pergantian perdana menteri, ambisius Jepang yang ingin membangun kekuasaan di wilayah Asia Pasifik, menjadikan negara itu terlibat langsung dalam perang dunia 2. Sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.

          Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan kekuatan kedua, sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang akan dilanjutkan ke Indonesia. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh operasi direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin armada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.

        Hari Minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang. Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta merusak 6 kapal perang lain. Selain itu, pemboman Jepang tesebut juga menghancurkan 180 pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun, tiga kapal induk Amerika selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.

            Perang Pasifik ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia-Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Di Indonesia, Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.


Kedatangan Jepang di Indonesia



        Jepang melakukan penyerbuan ke Indonesia pada tanggal 1 Januari 1942. Tujuan Jepang adalah mendapatkan minyak dan karet untuk bahan penunjang perang. Oleh karena itu, Jepang melakukan pendaratan pertama di tempat – tempat yang kaya dengan bahan – bahan tersebut, seperti Tarakan, Balikpapan, dan Palembang.

    Jepang mulai mendaratkan pasukan di Indonesia pada 1 Maret 1942. Jenderal Imamura memimpin pendaratan di tiga tempat, yaitu Banten, Indramayu, dan Bojonegoro. Pendaratan ini tidak diduga oleh Belanda yang saat itu tengah berkuasa di Indonesia. Tentara Belanda tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti terhadap pasukan gerak cepat Jepang. Pada 8 Maret 1942, Belanda menyerah kepada pihak Jepang. Penyerahan tanpa syarat pihak Belanda ke Jepang dilaksanakan di Kalijati, Subang. Pihak Belanda diwakili Panglima Tentara Belanda, Jenderal Ter Poorten, sedangkan Jepang diwakili Jenderal Imamura. Sejak saat itu, berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia.

        Penandatanganan penyerahan Belanda kepada Jepang diwakili Panglima Tentara Belanda Ter Poorten, padahal seharusnya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Tjarda  van Starkenborgh Stachouwer. Tindakan ini merupakan strategi Belanda, agar suatu saat jika Jepang dikalahkan pihak Sekutu, Belanda berhak kembali menguasai Indonesia. Dalihnya, penyerahan Belanda merupakan penyerahan pihak militer Belanda, bukan pemerintahan Belanda.

            Sehingga, Jepang kemudian membagi wilayah Indonesia ke dalam 3 pendudukan pemerintahan militer, yaitu :
a. Wilayah 1 = Pulau Jawa dan Madura yang diperintah oleh Tentara Keenambelas, Angkatan darat                         (Rikugun), berpusat di Batavia
b. Wilayah 2 = Pulau Sumatera yang diperintah oleh Tentara Keduapuluhlima Rikugun, berpusat di Bukit               tinggi
c. Wilayah 3 = Pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara yang diperintah oleh                       Armada Selatan Kedua Angkatan Laut (Kaigun), berpusat di Makassar.

          Wilayah kekuasaan Jepang di Indonesia berada di bawah pengawasan langsung seorang kepala staf tentara yang disebut gunseikan yang dijabat oleh Jenderal Seizaburo Okasaki. Sementara itu, pemerintahan pada tiap - tiap wilayah dipimpin oleh seorang kooti dengan kepalanya yang disebut koo. Contohnya adalah Hamengkubowono-koo yang mengepalai Yogya-kooti.

           Di awal kedatangannya, Jepang memprogandakan diri sebagai saudara tua bagi rakyat Indonesia. Bersama - sama dengan negara - negara di Asia Pasifik, Jepang menyatakan ingin menciptakan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus mendukung upaya pengusiran negara - negara barat di Asia Pasifik dan membantu bangsa Jepang untuk untuk memenangkan perang melawan pihak Sekutu dalam PD 2. Akan tetapi, pernyataan - pernyataan yang disampaikan Jepang hanya omongan belaka. Jepang malah menanamkan penjajahan yang lebih keji daripada Belanda.

         Dapat disimpulkan bahwa, tujuan kedatangan Jepang ke Indonesia adalah untuk mengambil kekayaan alam Indonesia dan bahan bakar untuk mendukung industri Jepang, Indonesia dijadikan sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang yang dikarenakan jumlah penduduknya banyak, dan sebagai penyedia tenaga kerja yang dikarenakan jumlah penduduknya banyak.

Organisasi Militer dan Semimiliter Bentukan Jepang

         Jepang menjadikan Indonesia sebagai daerah pertahanan dalam perang melawan Sekutu. Oleh karena itu, Jepang memberdayakan para pemuda setempat sebagai tenaga pertahanannya. Jepang pun mulai memanfaatkan para pemuda Indonesia dengan membentuk beberapa organisasi militer dan semimiliter:
a. Militer
1. Heiho (barisan pembantu prajurit Jepang) : Dibentuk pada bulan April 1943. Anggota Heiho bertugas di medan perang. Oleh karena itu, Heiho dilatih untuk menguasai penggunaan pesawat terbang, tank, artileri medan, persenjataan, dan mengemudi. Anggota Heiho adalah para pemuda yang berusia 18-25 tahun.
2. Pembela Tanah Air (Peta) : Dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943. Latar belakang pembentukan Peta cukup unik. Kumakici Harada meminta agar pembentukan Peta dikesankan bukan inisiatif pemerintah Jepang, melainkan inisiatif bangsa Indonesia. Pemerintah Jepang akhirnya meminta Gatot Mangku Pradja (seorang nasionalis yang bersimpati terhadap Jepang) untuk menulis permohonan pembentukan Peta kepada Gunseikan. Surat permohonan dikirim pada tanggal 7 September 1943 dan permohonan itu dikabulkan dengan dikeluarkan peraturan yang disebut Osamu Seirei Nomor 44, tanggal 3 Oktober 1943. Pembentukan Peta dimaksudkan sebagai kekuatan terakhir yang mampu membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
b. Semimiliter
1. Seinendan (barisan pemuda) : Dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Anggota terdiri atas pemuda berusia 14-22 tahun. Seinendan hanya ada di tingkat kecamatan. Anggota Seinendan dilatih militer untuk mempertahankan diri ataupun melakukan penyerangan.
2. Keibodan (barisan pembantu polisi) : Dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Organisasi ini terdiri atas para pemuda berusia 23-25 tahun. Tugas Keibodan adalah membantu polisi yang antara lain bertugas menjaga lalu lintas, pengamanan desa, dan sebagai mata-mata. Keibodan hanya dikembangkan di tingkat desa.
3. Fujinkai (barisan wanita) : Dibentuk pada bulan Agustus 1943 dan terdiri atas wanita berumur minimal 15 tahun. Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.
4. Shuisintai (barisan pelopor) : Dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Dasar pembentukan Suishintai adalah mempersatukan seluruh penduduk untuk bersama-sama menggiatkan usaha dalam kemenangan akhir. Shuisintai merupakan wadah pemuda pertama yang pemimpinannya berasal dari golongan nasionalis Indonesia, salah satunya Soekarno (ketua).


Perlawanan terhadap Jepang  



1. Strategi Kooperatif 
      adalah suatu strategi perlawanan yang dilakukan dengan cara bekerja sama dengan Jepang atau terlibat secara langsung dan aktif dalam organisasi-organisasi Jepang. Dengan demikian, para pemuda Indonesia mendapat pelajaran militer dari organisasi-organisasi tersebut. Mereka tidak menentang secara frontal pemerintah bala tentara Jepang. Gerakan-gerakan yang bersifat kooperatif terhadap pendudukan bala tentara Jepang sebagai berikut:
a. Gerakan 3A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia)
merupakan gerakan resmi yang didukung oleh pemerintah. Gerakan 3A dibentuk pada bulan Maret 1942, yang bertujuan menghimpun potensi bangsa demi kehormatan bersama.
        Melalui gerakan 3A, pemerintah Jepang menjelaskan bahwa jika perang melawan sekutu dimenangkan, bangsa-bangsa di Asia akan dibebaskan dari penjajahan bangsa barat. Jepang juga berkeinginan menciptakan kemakmuran bersama di antara bangsa-bangsa Asia. Dengan propaganda itu, rakyat diharapkan akan bersemangat membela Jepang. Akan tetapi, gerakan 3A tidak mendapat sambutan dari rakyat Indonesia karena organisasi ini dipimpin oleh orang yang kurang dikenal rakyat. Akhirnya gerakan 3A  dibubarkan pada bulan Desember 1942.
b. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
pada 9 Maret 1942, Jepang mulai menyusun strategi baru yang berkaitan dengan pendudukannya di Indonesia. Pemerintah militer Jepang memberlakukan UU yang melarang kegiatan politik yang tidak mendukung kebijakan pemerintah Jepang di Indonesia. Beberapa organisasi di Indonesia yang dibentuk pada masa penjajahan Belanda dibubarkan. Sebagai gantinya, pada 16 April 1943, Jepang membentuk organisasi Putera.
       Para tokoh terkemuka dalam putera dikenal dengan sebutan Empat Serangkai. Mereka itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Tujuan organisasi ini bagi pemimpin-pemimpin Indonesia adalah untuk membangun dan menghidupkan kembali segala apa yang telah dirobohkan atau dihancurkan oleh imperialisme Belanda. Sementara, bagi pemimpin-pemimpin Jepang adalah untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia, untuk membantu usaha PD 2, dan untuk memusatkan usaha Indonesia. Putera akhirnya dimanfaatkan untuk membela rakyat dari kekejaman Jepang serta untuk menggembleng mental dan semangat nasionalisme, cinta tanah air, antikolonialisme, dan imperialisme.
c. MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia)
organisasi yang dibentuk lebih berkaitan dengan agama. Organisasi yang mendapat izin pemerintah Jepang tersebut adalah MIAI. Kebijakan ini merupakan upaya pendekatan Jepang terhadap golongan nasionalis Islam agar umat Islam tidak melakukan kegiatan-kegiatan politik. Organisasi ini lebih banyak beraktivitas dalam kegiatan keagamaan, seperti membangun masjid, dan pengumpulan zakat.
         Dalam perjalanannya, MIAI ternyata dapat berkembang menjadi organisasi besar yang mendapat simpati dari seluruh umat Islam Indonesia. Melihat perkembangan seperti itu, timbulah kecemasan pemerintah Jepang terhadap MIAI sehingga kegiatannya pun mulai diawasi. Menjelang akhir tahun 1943, MIAI resmi dibubarkan Jepang.
d. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
merupakan perkumpulan yang dibentuk oleh Jepang pada 1 Maret 1944 sebagai pengganti Putera. Pemimpin tertinggi perkumpulan ini adalah Gunseikan dan Soekarno menjadi penasihat utamanya.
         Jawa Hokokai dibentuk sebagai organisasi pusat yang merupakan kumpulan dari hokokai atau jenis pekerjaan (profesi), antara lain Izi Hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter), Kyoiku Hokokai (Himpunan Kebaktian Pendidik), Fujinkai (Organisasi Wanita), dan Keimin Bunko Syidosyo (Pusat Budaya). Perkumpulan ini adalah pelaksana pengerahan atau mobilisasi (penggerakan) barang yang berguna untuk kepentingan perang.
e. Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat)
dibentuk pada 3 September 1943. Badan ini diketuai Ir. Soekarno dan 2 orang wakil ketua, yaitu R.M.A.A. Kusumo Utoyo dan dr. Buntaran Martoatmodjo. Cuo Sangi In memiliki tugas memajukan setiap usaha pemerintah Jepang untuk memenangkan perang dan mengajukan usul serta menjawab pertanyaan pemerintah Jepang. Pada awalnya, badan ini didirikan dengan maksud sebagai pengendali politik Jepang di Indonesia. Akan tetapi, Cuo Sangi In justru dimanfaatkan oleh para pemimpin pergerakan untuk mengimbangi politik Jepang.
f. BPUPKI
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Dokuritsu Junbi Chōsakai jp :独立準備調査会) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 67 orang yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso.

Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh Raden Pandji Soeroso dengan wakil Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda Toyohiko (orang Jepang). Tugas dari BPUPKI sendiri adalah mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek poplitik, ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka. Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI.
g. PPKI
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI adalah panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, sebelum panitia ini terbentuk, sebelumnya telah berdiri BPUPKI namun karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan, maka Jepang membubarkannya dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (独立準備委員会, Dokuritsu Junbi Iinkai atau Komite Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Badan ini merupakan badan yang dibentuk sebelum MPR dibentuk.

2. Strategi Nonkooperatif
   adalah suatu strategi perlawanan yang dilakukan secara ilegal oleh para pejuang dalam menghadapi kekejaman Jepang.
a. Strategi Gerakan Bawah Tanah
  merupakan suatu strategi yang dilakukan para pejuang nasionalis dengan cara mengambil jalan melakukan gerakan di bawah tanah. Mereka diam-diam menghimpun kekuatan rakyat serta menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beberapa kelompok pergerakan nasional yang menjalankan strategi gerakan bawah tanah, yaitu:
~ Kelompok Sutan Syahrir = kelompok pemuda di bawah pimpinan Sutan Syahrir. Mereka antara lain menyebar di Jakarta, Cirebon, Garut, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan Malang. Kelompok ini sangat antifasisme Jepang.
~ Kelompok Kaigun = perhimpunan para pemuda Indonesia yang mempunyai hubungan erat dengan kepala perwakilan Angkatan Laut (Kaigun) Jepang di Jakarta, yaitu Laksamana Maeda.
~ Kelompok Sukarni = kumpulan para pemuda anti-Jepang di bawah pimpinan Sukarni. Mereka tinggal di Asrama Angkatan Baru di Jalan Menteng 31, Jakarta.
~ Kelompok Persatuan Mahasiswa = terdiri atas mahasiswa kedokteran (Ikadaigaku), bermarkas di Jalan Prapatan No.10, Jakarta.
~ Kelompok Amir Syarifuddin = kumpulan pemuda berpaham sosialis yang selalu menentang kebijakan pemerintahan Jepang.

3. Perlawanan Bersenjata

Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942

Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng, Lhokseumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan salat Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang salat.

Peristiwa Singaparna

Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, Jawa Barat di bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Beliau menolak dengan tegas ajaran yang berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu beliaupun tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan para santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah salat Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa berhasil juga ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya kemudian dibawa ke Jakarta untuk menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.

Peristiwa Indramayu, April 1944

Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang, Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.

Pemberontakan Teuku Hamid

Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan November 1944.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat ditumpas.
Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu Giyugun (perwira tentara sukarela), namun semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni berhasil ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.

Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan diri.

Perlawanan PETA di Meureudu-Pidie, Aceh (November 1944)

Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun Teuku Hamid. Latar belakang perlawanan ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit Indonesia pada khususnya.

Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco), Kusaeri bersama rekan-rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945 diketahui Jepang sehingga Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis hukuman mati tetapi tidak terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu.

Perlawanan Pang Suma

Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pang Suma berkobar di Kalimantan Selatan. Pang Suma adalah pemimpin suku Dayak yang besar pengaruhnya di kalangan suku-suku di daerah Tayan dan Meliau. Perlawanan ini bersifat gerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di Kalimantan.
Momentum perlawanan Pang Suma diawali dengan pemukulan seorang tenaga kerja Dayak oleh pengawas Jepang, satu di antara sekitar 130 pekerja pada sebuah perusahaan kayu Jepang. Kejadian ini kemudian memulai sebuah rangkaian perlawanan yang mencapai puncak dalam sebuah serangan balasan Dayak yang dikenal dengan Perang Majang Desa, dari April hingga Agustus 1944 di daerah Tayan-Meliau-Batang Tarang (Kab. Sanggau). Sekitar 600 pejuang kemerdekaan dibunuh oleh Jepang, termasuk Pang Suma.

Perlawanan Koreri di Biakdi Irian Barat tahun 1943

Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan Koreri yang berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak.

Perlawanan di Pulau Yapen Selatan

Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat maka memberi bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat tidak takut dan muncullah seorang pemimpin gerilya yakni S. Papare.

Perlawanan di Tanah Besar Papua

Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Papua, terjadi hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.



Pengaruh Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang




1. Bidang Politik
    Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang) adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8 September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional. Sebelum membentuk organisasi, Jepang masih menghendaki lagu indonesia raya dinyanyikan, bendera Indonesia berkibar, tetapi harus di samping bendera Jepang, dan bahasa Indonesia digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, Jepang tidak menghendaki penggunaan bahasa Belanda dalam kehidupan sehari-hari. Namun, Jepang tidak menghendaki penggunaan bahasa Belanda dalam kehidupan sehari-hari.

          Selain itu, Jepang pun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan cara:
Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)
Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji
Menarik simpati organisasi Islam MIAI.
Melancarkan politik dumping
Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.

Selain propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan kerjasama seperti berikut:
a. Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
b. Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan).

        Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contohnya, Jawa menjadi 17 daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati maka seluruh daerah Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer:
Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan Madura dikuasai oleh tentara keenambelas dengan kantor pusat di Batavia (Jakarta).
Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukittinggi dikuasai oleh tentara keduapuluhlima.
Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.

         Selain kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In. Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
a. Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura dengan Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
b. Pembentukan Angkatan Darat/Rikugun, yang membawahi Sumatera dengan pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.
c. Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.

Untuk kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di Dalat/Vietnam.


2. Bidang Ekonomi dan Sosial
   Pada kedua aspek ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek eksploitasi ekonomi dan sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia dan Anda bisa membandingkan dampak ekonomi dan sosial dengan dampak politis dan birokrasi. Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Jepang juga membangun sebuah pabrik senjata. Sehingga, dengan kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
b. Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan merusak tanah.
c. Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik maupun material.

        Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya. Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit mewabah melanda hampir di setiap desa di pulau Jawa salah satunya: Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan untuk Purworejo (Jateng) angka kematian mencapai 224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat dipaksa makan makanan hewan seperti keladi gatal, bekicot, umbi-umbian). Sehingga, muncullah golongan gembel atau stratifikasi sosial dengan urutan pertama, yaitu Jepang, dan golongan terakhir adalah pribumi.

3. Bidang Militer
   Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin intensif mendidik dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini disebabkan karena situasi di medan pertempuran (Asia – Pasifik) semakin menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut Karang (Agustus ’42 – Februari 1943). Kondisi tersebut diperparah dengan jatuhnya Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang di Pasifik (Agustus 1943).

          Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga potensial yang akan diikutsertakan dalam pertempuran menghadapi Sekutu.

Dampak Positif dan Negatif


         Masa Pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi perkembangan Indonesia, selain itu hampir tidak adanya tantangan yang berarti kepada Belanda sebelumnya. Dalam masanya yang singkat itu, Jepang membawa dampak yang positif dan juga membawa dampak yang negatif bagi bangsa Indonesia pada umumnya. Pada umumnya kebanyakan beranggapan masa pendudukan Jepang adalah masa-masa yang kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu benar, ada beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan dampak positif, terutama dalam pembentukan nasionalisme Indonesia dan pelatihan militer bagi pemuda Indonesia.


Dampak Positif :
a. Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.
b. Jepang mendukung semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut mendukung semangat nasionalisme Indonesia. Antara lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
c. Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin nasional Indonesia seperti Sukarno dengan harapan agar Sukarno mau membantu Jepang memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para pemimpin nasional Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin rakyatnya.
d. Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
e. Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun, dan SLTA
f.  Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi
g. Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line system (sistem pengaturan bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
h. Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.
i. Jepang dengan terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya. Namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang yang dikemudian hari digunakan untuk menghadapi kembalinya pemerintah kolonial Belanda.
j. Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nipon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.

Dampak Negatif :
a. Penghapusan semua organisasi politik dan pranata sosial warisan Hindia Belanda yang sebenarnya banyak diantaranya yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan warga.
b. Romusha, mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja paksa dalam kondisi yang tidak manusiawi.
c. Penghimpunan segala sumber daya seperti sandang, pangan, logam, dan minyak demi kepentingan perang. Akibatnya beras dan berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang menderita kelaparan.
d. Krisis ekonomi yang sangat parah. Hal ini karena dicetaknnya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
e. Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.
f. Kebijakan fasis pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi khusus dan intelijen di kalangan rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas melanggar hak asasi manusia dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang tanpa proses pegadilan.
g. Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya dibawah pengawasan Jepang.
h.Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi keamanan yang parah seperti maraknya perampokan,  pemerkosaan dan lain-lain.
i. Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.
j. Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.